Hal paling menarik adalah sharing tentang sesuatu yang menarik

Selasa, 23 April 2013

MACAM-MACAM KHASIAT KOPI



Anda pasti tahu minuman yang namanya kopi. Nah, banyak yang memiliki pandangan dan persepsi negatif terhadap kopi menyusul efek yang mereka alami setelah meminum kopi. Bahkan, ada juga yang tidak memasukkan kopi dari daftar minuman harian mereka. Saya juga yakin bahwa banyak lagi masyarakat kita yang masih masih memiliki pandangan dan tanggapan yang negatif terhadap kopi. Padahal, tidak juga. Ya mungkin mereka tidak mengetahui khasiat kopi yang hakikatnya memberi banyak manfaat kepada tubuh manusia

Bagi pencinta kopi, minuman ini adalah pendongkrak energi. Tak mengherankan jika mereka bisa minum lebih dari satu cangkir kopi sehari. Kopi adalah minuman yang berasal dari biji kopi dan mulai diperkenalkan oleh orang-orang Romawi dan Yunani awal abad ke-13. Karena konten kafeinnya, kopi memiliki efek rangsangan kepada mereka yang meminumnya dan hari ini kopi merupakan satu minuman paling digemari di seluruh dunia dan tersedia dalam berbagai perisa seperti Latte, Americano, Cappucino dan Espresso.


Jika Anda mengetahui cara minum kopi yang baik dan bisa mengendalikan asupan kopi setiap harinya, minuman ini memang bisa memberikan dampak positif bagi tubuh. antara lain :
  1. Melindungi jantung. Peminum kopi yang mengonsumsi 1-2 cangkir kopi hitam per hari memiliki risiko terkena stroke lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi. Hal ini disebabkan oleh adanya antioksidan yang terkandung dalam kopi. Kopi memiliki antioksidan lebih banyak dibandingkan blueberry. Antioksidan yang terkandung di dalamnya membantu menahan efek buruk dari peradangan pada arteri. Sesaat setelah meminumnya, kopi meningkatkan tekanan pada darah dan denyut jantung. Namun setelah beberapa lama, kopi justru menurunkan tekanan darah, karena antioksidan pada kopi mengaktifkan asam nitrat pada tubuh sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah. Penelitian juga menunjukkan bahwa kopi tidak memiliki efek kardiovaskular seperti peningkatan tingkat denyut jantung, tingkat detak jantung yang tidak stabil dan tekanan darah yang tinggi. Bahkan, risiko penyakit kardiovaskular adalah 10 persen lebih rendah. Namun begitu, efek konsumsi kopi yang positif hanya terjadi jika seseorang meminum kopi dalam jumlah yang sederhana dalam sehari.
  2. Satu pernyataan di sebuah situs kesehatan yaitu situs Coffee & Health oleh Institut for Scientific Information of Coffee (ISIC) mengenai penelitian terbaru yang membuktikan keterkaitan antara konsumsi kopi dan gangguan otak atau saraf atau neurodegeneratif seperti penurunan kognitif, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson dan stroke. Neuodegeneratif merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan degenarasi progresif dan / atau kematian sel-sel saraf. Gangguan neurodegeneratif ini menyebabkan masalah pergerakan (ataxias) atau fungsi mental (dementias).
  3. Situs resmi World Health Organization (WHO) dengan menggunakan studi epidemiologi sebagai kajian distribusi terkait aktivitas kesehatan dan aplikasi penelitian tersebut terhadap kontrol penyakit dan masalah kesehatan yang lain, berhasil membuktikan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah yang sederhana sebenarnya telah memberi manfaat terhadap kemampuan kognitif saat usia semakin meningkat. Penelitian ini juga membuktikan efek konsumsi kopi dapat memperlambat penurunan fisiologis dan kognitif terutama dalam kalangan wanita dan mereka yang berumur lebih 80 tahun.
  4. Mencegah diebetes. Antioksidan kopi, khususnya asam klorogenat dan guinides, memainkan peranan untuk meningkatkan sel tubuh terhadap insulin yang membantu mengatur gula darah. Satu penelitian saintifik tentang efek konsumsi kopi menunjukkan bahwa risiko penyakit diabetes tipe dua adalah lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak minum kopi.
  5. Menjaga kesehatan hati. Kopi juga bisa meminimalkan risiko munculnya sirosis dan penyakit hati lainnya. Satu analisa dari sembilan penelitian menemukan bahwa kopi bisa menurunkan risiko kanker hati sebanyak 43%. Hal ini karena peran antioksidan dan kafein di dalamnya. 
  6. Membantu menghilangkan sakit kepala. Penelitian membuktikan, 200 miligram kafein dapat membantu menghilangkan sakit kepala, termasuk migrain. Walaupun begitu belum ada penelitian yang membuktikan bagaimana cara kafein menghilangkan sakit kepala, namun para peneliti meyakini bahwa kafein meningkatkan aktivitas sel otak yang mengakibatkan pembuluh darah di sekitarnya menegang. “Penegangan pembuluh darah ini membantu menghilangkan tekanan yang mengakibatkan rasa sakit,” ujar Robert Shapiro, M.D., Ph.D., profesor saraf dan Director the Headache Clinic dari Universitas Vermont Medical School, seperti dikutip oleh laman Yahoo! Shine.
  7. Kopi juga terbukti mampu meningkatkan kinerja dan ketahanan manusia dalam aktivitas fisik. Bagi mereka yang sering berjaga sampai larut malam pula (stayed up), mereka akan lebih segar setelah meminum kopi.

Kini ada juga berbagai jenis minuman kesehatan berbasis kopi yang tersedia di pasar seperti Kopi Herbal dan produk HPA Kopi Radix. Kopi Herbal sangat berkhasiat terutama untuk pasien-pasien kencing manis, darah tinggi, batu ginjal, migrain, gout, maag, asthma dan sembelit. Bahkan, kopi ini juga bisa membantu mengurangi angin dalam badan seperti yang diungkapkan di situs resmi Kopi Herbal.

Bagi penderita jantung, diabetes, dan darah tinggi, konsumsi kopi tidak akan memberi efek negatif terhadap kesehatan mereka. Seorang pasien darah tinggi, Sarmiah Asun berkata, “Konten gula dalam darah saya selalu berada pada tingkat yang stabil meskipun saya masih minum kopi. Malah, saya juga tidak mengalami efek negatif konsumsi kopi seperti pening dan letih sepanjang masa. Namun begitu, saya hanya meminum kopi tanpa gula untuk satu sampai dua cangkir dalam sehari. “

Nah sudah tau kan khasiat dari kopi. Kesimpulannya, Konsumsi kopi dalam penilaian yang sedehana tidak akan membahayakan kesehatan bahkan akan memberi banyak manfaat kepada kesehatan manusia. 
Sekian infonya. Semoga bermanfaat.



JENIS LENSA KAMERA


Macam-Macam Jenis Lensa Kamera:


Para fotographer pemula biasanya masih bingung mengidentifikasikan berbagai jenis lensa kamera yang biasa digunakan dalam dunia pemotretan. Gak usah bingung, nih saya kasih infonya..:


  • Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.



  • Lensa Fish Eye. Lensa Fish Eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.



  • Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan [[lensa standar]]. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.



  • Lensa Tele, merupakan kebalikan [[lensa wide angle]]. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.



  • Lensa Zoom, Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Oleh karena itu [[lensa zoom]] banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.



  • Lensa Makro, lensa ini biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.
Semoga bermanfaat. kalo ada yang mau menambahkan, please comment..... Thnks.

CARA MEMBUAT AREAL HOTSPOT SENDIRI


CARA MEMBUAT AREAL HOTSPOT SENDIRI
Dewasa ini banyak sekali bermunculan tempat-tempat yang menyediakan akses internet menggunakan Wifi.Tempat-tempat demikian itu disebut sebagai Hotspot.

Bagaimana cara membuat area hotspot sendiri? Saya akan bagi informasinya untuk anda. Untuk membuat area Hotspot sendiri,tidak terlalu susah,dan alat yang dibutuhkan pun juga tidak terlalu banyak.

Untuk membangun are Hotspot anda harus menyiapkan alat-alat berikut:


  1. *Akses Internet. Anda dapat berlangganan dengan ISP manapun di daerah anda.
  2. *Modem. Bila sudah terkoneksi ke internet pasti sudah ada modem untuk menghubungkan lokasi anda dengan lokasi ISP.
  3. *WIreless Router atau Acces Point. Banyak tipe wireless Router yang dapat anda gunakan, Salah satunya Linksys WRT54-GL yang berbasiskan Linux.
  4. *Client WIreless. Misalnya Laptop anda, pada umumnya semua laptop sudah memiliki fasilitas Wireless.


Untuk menghubungkannya seperti ini:
Komputer -> Modem -> Wireless Access Point -> Client

Jadi yang bekerja untuk menyebarkan akses Internet yang kita miliki adalah Acces Point yang telah dihubungkan dengan Modem.

Pada saat membeli Acces Point pasti juga ada buku petunjuknya,Jadi anda juga bisa baca caranya disitu.

Untuk settingan keamanan Jaringan Wifi anda bisa cari referensi di situs lain.

Demikian, kalau ada yang bisa menambahkan, share atau comment aja di bawah ini..okayy...Semoga bisa membantu!!!

KESULTANAN KUTAI KARTANEGARA ING MARTADIPURA

    Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton.
      Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001.
Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
ﻛﺴﻠﺘﺎﻧﻦ ﻛﻮﺗﻲ ﻛﺮﺗﺎﻧﯖﺮﺍ ﺇڠ ﻣﺮﺗﺎﺩﭬﻮﺭﺍ
 Kerajaan Kutai1300–1960Indonesia 
Bendera Kesultanan Kutai Kartanegara ing MartadipuraLambang Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
BenderaLambang
Ibu kotaKutai Lama (1300-1732)
Pemarangan (1732-1782)
Tepian Pandan(1782-1960)
BahasaBahasa Melayu (dialekKutai)
AgamaIslam (resmi)
Kaharingan
Animisme
Kristen
PemerintahanMonarki
Sultan
 - 1300-1325Aji Batara Agung Dewa Sakti
 - 1920-1960Aji Muhammad Parikesit
 - 2001-sekarangAji Muhammad Salehuddin II
Sejarah
 - Didirikan1300
 - Menjadi kesultananabad ke-17
 - Dihidupkan kembali2001
 - Masuk wilayah Indonesia1960
Kini bagian dari Indonesia






Pendirian
      Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama (1365), yaitu salah satu daerah taklukan di negara bagian Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit.

Lambang Kesultanan Kutai Kartanegara dalam versi lain.
     Pada abad ke-16, Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman) yang terletak di Muara Kaman. Raja Kutai Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut.
      Pada abad ke-17, agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Setelah beberapa puluh tahun, sebutan Raja diganti dengan sebutan Sultan. Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778) merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
       Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1663), negeri Kutai merupakan salah satu tanah di atas angin (sebelah utara) yang mengirim upeti kepada Maharaja Suryanata, raja Banjar-Hindu (Negara Dipa) pada abad ke-14 hingga kerajaan ini digantikan oleh Kesultanan Banjar. Sekitar tahun 1620 Kutai berada di bawah pengaruh Kesultanan Makassar. Perjanjian VOC dan Kesultanan Banjar tahun 1635 menyebutkan VOC membantu Banjar untuk menaklukan Paser dan Kutai kembali. Dengan demikian sejak tahun 1636, Kutai diklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya karena Banjarmasin sudah memiliki kekuatan militer yang memadai untuk menghadapi serangan Kesultanan Mataram yang berambisi menaklukan seluruh Kalimantan dan sudah menduduki wilayah Sukadana (1622). Sebelumnya Banjarmasin merupakan vazal Kesultanan Demak (penerus Majapahit), tetapi semenjak runtuhnya Demak (1548), Banjarmasin tidak lagi mengirim upeti kepada pemerintahan di Jawa. Sekitar tahun 1638 (sebelum perjanjian Bungaya) Sultan Makassar (Gowa-Tallo) meminjam Pasir serta Kutai, Berau dan Karasikan (Kepulauan Sulu/Banjar Kulan) sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah/Marhum Panembahan dan berjanji tidak akan menyerang Banjarmasin. Hal tersebut terjadi ketika Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654.
       Tahun 1747, VOC Belanda mengakui Pangeran Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar padahal yang sebenarnya dia hanyalah mangkubumi. Pada 1765, VOC Belanda berjanji membantu Sultan Tamjidullah I yang pro VOC Belanda untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Kutai berdasarkan perjanjian 20 Oktober 1756.[4], karena VOC bermaksud menyatukan daerah-daerah di Kalimantan sebagai daerah pengaruh VOC. Padahal Kutai di bawah pengaruh La Maddukelleng (raja Wajo) yang anti VOC. Pangeran Amir, pewaris mahkota Kesultanan Banjar yang sah dibantu pamannya - Arung Turawe (kelompok anti VOC) berusaha merebut tahta tetapi mengalami kegagalan.
      Pada 13 Agustus 1787, Sultan Banjar Sunan Nata Alam membuat perjanjian dengan VOC yang menjadikan Kesultanan Banjar sebagai daerah protektorat VOC sedangkan daerah-daerah lainnya di Kalimantan yang dahulu kala pada abad ke-17 pernah menjadi vazal Banjarmasin diserahkan secara sepihak sebagai properti VOC Belanda. Tahun 1778 Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) telah diperoleh VOC dari Sultan Banten. Pada 9 September 1809 VOC meninggalkan Banjarmasin (kota Tatas) dan menyerahkan benteng Tatas dan benteng Tabanio kepada Sultan Banjar yang ditukar dengan intan 26 karat. Kemudian wilayah Hindia-Belanda diserahkan kepada Inggris karena Belanda kalah dalam peperangan, Alexander Hare menjadi wakil Inggris di Banjarmasin sejak 1812. Tanggal 1 Januari 1817 Inggris menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda termasuk Banjarmasin dan daerah-daerahnya kepada Belanda dan kemudian Belanda memperbaharui perjanjian dengan Sultan Banjar. Negeri Kutai diserahkan sebagai daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan I pada 1 Januari 1817 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt. Perjanjian berikutnya pada tahun 1823, negeri Kutai diserahkan menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan II pada 13 September 1823 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.
      Secara hukum Kutai dianggap negara bagian di dalam negara Banjar. Negeri Kutai ditegaskan kembali termasuk daerah-daerah pendudukan Hindia Belanda di Kalimantan menurut Perjanjian Sultan Adam al-Watsiq Billah dengan Hindia Belanda yang ditandatangani dalam loji Belanda di Banjarmasin pada tanggal 4 Mei 1826.



Pemindahan ibukota kerajaan

Peta Perpindahan Ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara antara tahun 1300-1960.


      La Madukelleng menawan daerah Paser dan Kutai. Aji Muhammad Idris merupakan raja kutai Kartanegara pertama yang memakai gelar Sultan sebagai upaya melepaskan diri dari dominasi Sultan Banjar yang berada dalam pengaruh VOC. Sultan Aji Muhammad Idris yang merupakan menantu dari Sultan Wajo La Madukelleng berangkat ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan untuk turut bertempur melawan VOC bersama rakyat Bugis. Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara untuk sementara dipegang oleh Dewan Perwalian.
      Pada tahun 1739, Sultan Aji Muhammad Idris gugur di medan laga. Sepeninggal Sultan Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin.
        Setelah dewasa, Aji Imbut sebagai putera mahkota yang syah dari Kesultanan Kutai Kartanegara kembali ke tanah Kutai. Oleh kalangan Bugis dan kerabat istana yang setia pada mendiang Sultan Idris, Aji Imbut dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Penobatan Sultan Muslihuddin ini dilaksanakan di Mangkujenang. Sejak itu dimulailah perlawanan terhadap Aji Kado.
    Perlawanan berlangsung dengan siasat embargo yang ketat oleh Mangkujenang terhadap Pemarangan. Armada bajak laut Sulu terlibat dalam perlawanan ini dengan melakukan penyerangan dan pembajakan terhadap Pemarangan. Tahun 1778, Aji Kado meminta bantuan VOC namun tidak dapat dipenuhi[1].
      Pada tahun 1780, Aji Imbut berhasil merebut kembali ibukota Pemarangan dan secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin di istana Kesultanan Kutai Kartanegara. Aji Kado dihukum mati dan dimakamkan di Pulau Jembayan.
        Aji Imbut dengan gelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin memindahkan ibukota Kesultanan Kutai Kartanegara ke Tepian Pandan pada tanggal 28 September 1782. Perpindahan ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh kenangan pahit masa pemerintahan Aji Kado dan Pemarangan dianggap telah kehilangan tuahnya. Nama Tepian Pandan kemudian diubah menjadi Tangga Arung yang berarti Rumah Raja, lama-kelamaan Tangga Arung lebih populer dengan sebutan Tenggarong dan tetap bertahan hingga kini.
      Pada tahun 1838, Kesultanan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Sultan Aji Muhammad Salehuddin setelah Aji Imbut mangkat pada tahun tersebut.


Serangan kapal Inggris
      Pada tahun 1844, 2 buah kapal dagang pimpinan James Erskine Murray asal Inggris memasuki perairan Tenggarong. Murray datang ke Kutai untuk berdagang dan meminta tanah untuk mendirikan pos dagang serta hak eksklusif untuk menjalankan kapal uap di perairan Mahakam. Namun Sultan A.M. Salehuddin mengizinkan Murray untuk berdagang hanya di wilayah Samarinda saja. Murray kurang puas dengan tawaran Sultan ini. Setelah beberapa hari di perairan Tenggarong, Murray melepaskan tembakan meriam ke arah istana dan dibalas oleh pasukan kerajaan Kutai. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Armada pimpinan Murray akhirnya kalah dan melarikan diri menuju laut lepas. Lima orang terluka dan tiga orang tewas dari pihak armada Murray, dan Murray sendiri termasuk di antara yang tewas tersebut.
     Insiden pertempuran di Tenggarong ini sampai ke pihak Inggris. Sebenarnya Inggris hendak melakukan serangan balasan terhadap Kutai, namun ditanggapi oleh pihak Belanda bahwa Kutai adalah salah satu bagian dari wilayah Hindia Belanda dan Belanda akan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan caranya sendiri. Kemudian Belanda mengirimkan armadanya dibawah komando t'Hooft dengan membawa persenjataan yang lengkap. Setibanya di Tenggarong, armada t'Hooft menyerang istana Sultan Kutai. Sultan Aji Muhammad Salehuddin diungsikan ke Kota Bangun. Panglima perang kerajaan Kutai, Awang Long yang bergelar Pangeran Senopati bersama pasukannya dengan gagah berani bertempur melawan armada t'Hooft untuk mempertahankan kehormatan Kerajaan Kutai Kartanegara. Awang Long gugur dalam pertempuran yang kurang seimbang tersebut dan Kesultanan Kutai Kartanegara akhirnya kalah dan takluk pada Belanda.

Sultan Sulaiman bersama putra mahkota dan para menteri kerajaan

.
Pada tanggal 11 Oktober 1844, Sultan A.M. Salehuddin harus menandatangani perjanjian dengan Belanda yang menyatakan bahwa Sultan Kutai mengakui pemerintahan Hindia Belanda dan mematuhi pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan yang diwakili oleh seorang Residen yang berkedudukan di Banjarmasin.
Tahun 1846, H. von Dewall menjadi administrator sipil Belanda yang pertama di pantai timur Kalimantan[6]. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah Kesultanan Kutai termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8
Pada tahun 1850, Sultan A.M. Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura. Pada tahun 1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Kutai 100.000 jiwa. Tahun 1855, Kesultanan Kutai termasuk sebagai bagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo. Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.


Pembukaan tambang batubara pertama
Keraton Kesultanan pada masa Sultan Alimuddin.

Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi eksploitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal pada masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan Sulaiman.
Tahun 1899, Sultan Sulaiman wafat dan digantikan putera mahkotanya Aji Mohammad dengan gelar Sultan Aji Muhammad Alimuddin.
Pada tahun 1907, misi Katolik pertama didirikan di Laham, Kutai Barat. Setahun kemudian, wilayah hulu Mahakam ini diserahkan kepada Belanda dengan kompensasi sebesar 12.990 Gulden per tahun kepada Sultan Kutai Kartanegara.
Sultan Alimuddin hanya bertahta dalam kurun waktu 11 tahun saja, beliau wafat pada tahun 1910. Berhubung pada waktu itu putera mahkota Aji Kaget masih belum dewasa, tampuk pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipegang oleh Dewan Perwalian yang dipimpin oleh Aji Pangeran Mangkunegoro.
Pada tanggal 14 Nopember 1920, Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan Aji Muhammad Parikesit namun hal ini juga banyak mengalami kontroversi karena ada beberapa kerabat tidak setuju dengan pengangkatan Aji Muhammad Parikesit Tersebut, hal ini dikarenakan anggapan bahwa Aji Pangeran Soemantri 1 lah yang berhak diangkat menjadi Sultan Kutai. dalam beberapa media juga di sebutkan bahwa pengangkatan Aji Muhamad Parikesit dikarenakan ke dua saudaranya telah meninggal. Hal inilah yang mengundang banyak kontroversi dari berbagai pihak.
Sejak awal abad ke-20, ekonomi Kutai berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Pada tahun-tahun tersebut, kapital yang diperoleh Kutai tumbuh secara mantap melalui surplus yang dihasilkan tiap tahunnya. Hingga tahun 1924, Kutai telah memiliki dana sebesar 3.280.000 Gulden - jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu.
Tahun 1936, Sultan A.M. Parikesit mendirikan istana baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan beton. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut selesai dibangun.


Kedatangan Jepang
Ketika Jepang menduduki wilayah Kutai pada tahun 1942, Sultan Kutai harus tunduk pada Tenno Heika, Kaisar Jepang. Jepang memberi Sultan gelar kehormatan Koo dengan nama kerajaan Kooti.

Era kemerdekaan dan penghapusan kesultanan
Indonesia merdeka pada tahun 1945. Dua tahun kemudian, Kesultanan Kutai Kartanegara dengan status Daerah Swapraja masuk ke dalam Federasi Kalimantan Timur bersama-sama daerah Kesultanan lainnya seperti Bulungan, Sambaliung, Gunung Tabur dan Pasir dengan membentuk Dewan Kesultanan. Kemudian pada 27 Desember 1949 masuk dalam Republik Indonesia Serikat.
Daerah Swapraja Kutai diubah menjadi Daerah Istimewa Kutai yang merupakan daerah otonom/daerah istimewa tingkat kabupaten berdasarkan UU Darurat No.3 Th.1953.
Pada tahun 1959, berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959 tentang "Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Kalimantan", wilayah Daerah Istimewa Kutai dipecah menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni:
  1. Daerah Tingkat II Kutai dengan ibukota Tenggarong
  2. Kotapraja Balikpapan dengan ibukota Balikpapan
  3. Kotapraja Samarinda dengan ibukota Samarinda

Pada tanggal 20 Januari 1960, bertempat di Gubernuran di Samarinda, A.P.T. Pranoto yang menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Timur, dengan atas nama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia melantik dan mengangkat sumpah 3 kepala daerah untuk ketiga daerah swatantra tersebut, yakni:
  1. A.R. Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai
  2. Kapt. Soedjono sebagai Walikota Kotapraja Samarinda
  3. A.R. Sayid Mohammad sebagai Walikota Kotapraja Balikpapan

Sehari kemudian, pada tanggal 21 Januari 1960 bertempat di Balairung Keraton Sultan Kutai, Tenggarong diadakan Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai. Inti dari acara ini adalah serah terima pemerintahan dari Kepala Kepala Daerah Istimewa Kutai, Sultan Aji Muhammad Parikesit kepada Aji Raden Padmo sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai, Kapten Soedjono (Walikota Samarinda) dan A.R. Sayid Mohammad (Walikota Balikpapan). Pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara dibawah Sultan Aji Muhammad Parikesit berakhir, dan beliau pun hidup menjadi rakyat biasa.

Penghidupan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara

Pada tahun 1999, Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais berniat untuk menghidupkan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Dikembalikannya Kesultanan Kutai ini bukan dengan maksud untuk menghidupkan feodalisme di daerah, namun sebagai upaya pelestarian warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Selain itu, dihidupkannya tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara adalah untuk mendukung sektor pariwisata Kalimantan Timur dalam upaya menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pada tanggal 7 Nopember 2000, Bupati Kutai Kartanegara bersama Putera Mahkota Kutai H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerja Adiningrat menghadap Presiden RI Abdurrahman Wahid di Bina Graha Jakarta untuk menyampaikan maksud di atas. Presiden Wahid menyetujui dan merestui dikembalikannya Kesultanan Kutai Kartanegara kepada keturunan Sultan Kutai yakni putera mahkota H. Aji Pangeran Praboe.
Pada tanggal 22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II. Penabalan H.A.P. Praboe sebagai Sultan Kutai Kartanegara baru dilaksanakan pada tanggal 22 September 2001.



Wilayah

Wilayah kekuasaan kesultanan Kutai (berwarna hijau tua).

Pada masa kejayaannya hingga tahun 1959, Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Wilayah kekuasaannya meliputi beberapa wilayah otonom yang ada di propinsi Kalimantan Timur saat ini, yakni:

  1. Kabupaten Kutai Kartanegara
  2. Kabupaten Kutai Barat
  3. Kabupaten Kutai Timur
  4. Kota Balikpapan
  5. Kota Bontang
  6. Kota Samarinda
  7. Kecamatan Penajam

Dengan demikian, luas dari wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara hingga tahun 1959 adalah seluas 94.700 km2.
Pada tahun 1959, wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara atau Daerah Istimewa Kutai dibagi menjadi 3 wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II, yakni Kabupaten Kutai, Kotamadya Balikpapan dan Kotamadya Samarinda. Dan sejak itu berakhirlah pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara setelah disahkannya Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Kutai melalui UU No.27 Tahun 1959 tentang Pencabutan Status Daerah Istimewa Kutai.

Keraton Kesultanan


Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara yang sekarang menjadi Museum Mulawarman.


Dokumentasi bentuk istana Sultan Kutai hanya ada pada masa pemerintahan Sultan A.M. Sulaiman yang kala itu beribukota di Tenggarong, setelah para penjelajah Eropa melakukan ekspedisi ke pedalaman Mahakam pada abad ke-18. Carl Bock, seorang penjelajah berkebangsaan Norwegia yang melakukan ekspedisi Mahakam pada tahun 1879 sempat membuat ilustrasi pendopo istana Sultan A.M. Sulaiman. Istana Sultan Kutai pada masa itu terbuat dari kayu ulin dengan bentuk yang cukup sederhana.
Setelah Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1899, Kesultanan Kutai Kartanegara kemudian dipimpin oleh Sultan A.M. Alimuddin (1899-1910). Sultan Alimuddin mendiami keraton baru yang terletak tak jauh dari bekas keraton Sultan Sulaiman. Keraton Sultan Alimuddin ini terdiri dari dua lantai dan juga terbuat dari kayu ulin (kayu besi). Keraton ini dibangun menghadap sungai Mahakam. Hingga Sultan A.M. Parikesit naik tahta pada tahun 1920, keraton ini tetap digunakan dalam menjalankan roda pemerintahan kerajaan.
Pada tahun 1936, keraton kayu peninggalan Sultan Alimuddin ini dibongkar karena akan digantikan dengan bangunan beton yang lebih kokoh. Untuk sementara waktu, Sultan Parikesit beserta keluarga kemudian menempati keraton lama peninggalan Sultan Sulaiman. Pembangunan keraton baru ini dilaksanakan oleh HBM ( Hollandsche Beton Maatschappij ) Batavia dengan arsiteknya Estourgie. Dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan istana ini. Setelah fisik bangunan keraton rampung pada tahun 1937, baru setahun kemudian yakni pada tahun 1938 keraton baru ini secara resmi didiami oleh Sultan Parikesit beserta keluarga. Peresmian keraton yang megah ini dilaksanakan cukup meriah dengan disemarakkan pesta kembang api pada malam harinya. Sementara itu, dengan telah berdirinya keraton baru maka keraton buruk peninggalan Sultan Sulaiman kemudian dirobohkan. Pada masa sekarang, areal bekas keraton lama ini telah diganti dengan sebuah bangunan baru yakni gedung Serapo LPKK.
Setelah pemerintahan Kesultanan Kutai berakhir pada tahun 1960, bangunan keraton dengan luas 2.270 m2 ini tetap menjadi tempat kediaman Sultan A.M. Parikesit hingga tahun 1971. Keraton Kutai kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 25 Nopember 1971. Pada tanggal 18 Februari 1976, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyerahkan bekas keraton Kutai Kartanegara ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola menjadi sebuah museum negeri dengan nama Museum Mulawarman. Didalam museum ini disajikan beraneka ragam koleksi peninggalan kesultanan Kutai Kartanegara, di antaranya singgasana, arca, perhiasan, perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno dari China, dan lain-lain.
Dalam lingkungan keraton Sultan Kutai terdapat makam raja dan keluarga kerajaan Kutai Kartanegara. Jirat atau nisan Sultan dan keluarga kerajaan ini kebanyakan terbuat dari kayu besi yang dapat tahan lama dengan tulisan huruf Arab yang diukir. Sultan-sultan yang dimakamkan disini di antaranya adalah Sultan Muslihuddin, Sultan Salehuddin, Sultan Sulaiman dan Sultan Parikesit. Hanya Sultan Alimuddin saja yang tidak dimakamkan di lingkungan keraton, beliau dimakamkan di tanah miliknya di daerah Gunung Gandek, Tenggarong.
Pada tanggal 22 September 2001, putra mahkota H. Aji Pangeran Praboe Anum Surya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H.A.M. Salehuddin II. Dipulihkannya kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ini adalah sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia agar tak punah dimakan masa. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah membangun sebuah istana baru yang disebut Kedaton bagi Sultan Kutai Kartanegara yang sekarang. Bentuk kedaton baru yang terletak disamping Masjid Jami' Aji Amir Hasanuddin ini memiliki konsep rancangan yang mengacu pada bentuk keraton Kutai pada masa pemerintahan Sultan Alimuddin.


Gelar kebangsawanan

Dalam Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, gelar kebangsawanan yang digunakan oleh keluarga kerajaan adalah Aji. Gelar Aji diletakkan di depan nama anggota keluarga kerajaan. Dalam gelar kebangsawanan Kutai Kartanegara dikenal penggunaan gelar sebagai berikut:

  • Aji Sultan : digunakan untuk penyebutan nama Sultan bagi kerabat kerajaan.
  • Aji Ratu : gelar yang diberikan bagi permaisuri Sultan.
  • Aji Pangeran : gelar bagi putera Sultan.
  • Aji Puteri : gelar bagi puteri Sultan. Gelar Aji Puteri setara dengan Aji Pangeran.
  • Aji Raden : gelar yang setingkat di atas Aji Bambang. Gelar ini diberikan oleh Sultan hanya kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji Bambang.
  • Aji Bambang : gelar yang setingkat lebih tinggi dari Aji. Gelar ini hanya dapat diberikan oleh Sultan kepada pria bangsawan Kutai yang sebelumnya menyandang gelar Aji saja.
  • Aji : gelar bagi keturunan bangsawan Kutai. Gelar Aji hanya dapat diturunkan oleh pria bangsawan Kutai. Wanita Aji yang menikah dengan pria biasa tidak dapat menurunkan gelar Aji kepada anak-anaknya.

Jika pria Aji menikah dengan wanita dari kalangan bangsawan Kutai sendiri atau dari kalangan rakyat biasa maupun suku lain, maka putra-putrinya berhak menyandang gelar Aji. Namun jika wanita Aji menikah dengan pria yang bukan keturunan bangsawan Kutai, maka putra-putrinya tidak dapat memperoleh gelar Aji, kecuali jika wanita Aji tersebut menikah dengan bangsawan keturunan Arab (Sayid).
Jika wanita Aji menikah dengan keturunan Arab (Sayid), maka putra-putrinya memperoleh gelar sebagai berikut:

  • Aji Sayid : gelar ini diturunkan kepada putera dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.
  • Aji Syarifah : gelar ini diturunkan kepada puteri dari wanita Aji yang menikah dengan pria keturunan Arab.

Gelar Aji Sayid maupun Aji Syarifah tetap setara dengan gelar Aji biasa. Artinya gelar ini tetap dibawah Aji Bambang maupun Aji Raden.






Minggu, 21 April 2013

KERAJAAN KUTAI


Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak diMuara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.] 

Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Yupa
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:
"śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ."


Artinya:
"Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana."

Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha. Mulawarman merupakan nama raja Kerajaan Kutai dengan sebutan Maharaja Mulawarman Nala Dewa yang memerintah pada abad ke-4 Masehi. Dalam prasasti Yupa disebutkan bahwa Mulawarman pernah menyumbangkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana.

Aswawarman

Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama Raja-raja Kutai :
  1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
  2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
  3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa
  15. Maharaja Guna Parana Dewa
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa
  18. Maharaja Mulia Putera
  19. Maharaja Nala Pandita
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa
  21. Maharaja Dharma Setiia

Diposting oleh yupaetnika.blogspot.com

Tips Menghasilkan FOTO LANDSCAPE yang BAGUS

Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghasilkan foto lanscape yang bagus. Langsung aja yaa....

1. Memotret (lah) dengan benar
kalau hasil fotonya sudah benar, misal foto tidak over atau under, editing akan lebih mudah,
tapi kalau foto kita misalnya sudah under, dalam proses editing, kita perlu menaikan shadow nya supaya jadi lebih terang, yang otomatis akan memunculkan noise yang berlebihan
begitu juga dengan foto yang over.. walau kita edit pun, gambar yang terlalu over dan tidak terekam oleh sensor, hasilnya sudah tidak bisa terselamatkan.
jadi pertama memang file awalnya must benar dulu :roll:
dan salah satu keunggulan era fotografi digital adalah fasilitas hasil yang bisa kita lihat saat itu juga dan fasilitas histogram.
jadi kita bisa langsung mengetahui foto yang kita hasilkan sudah "sesuai" atau masih ada yg kurang pas
kalau kurang pas tinggal kita foto ulang lagi
2. sering sering melihat referensi gambar bagus :oops:
saya masih sering melihat lihat beberapa foto landscape karya fotografer lainnya untuk referensi sebelum mulai bepergian ke suatu lokasi.
ada kata bijak yang lupa darimana saya denger, "kita mulai belajar dari mempelajari hasil orang lain, sehingga akhirnya terasah kepekaan kita untuk bisa menghasilkan karya yang sesuai dengan jiwa kita"
jadi tidak usah malu kalau sekarang kita masih melihat hasil kita "kalah bagus" dibanding foto foto teman lainnya.
pelajari bagaimana cara mereka menentukan komposisi, dari sudut mana kira kira mereka mengambil foto tersebut, komposisi apa yang masih bisa kita perbaiki untuk menghasilkan foto yang berbeda dari yang sudah ada, peralatan apa saja yang perlu dibawa, dll
beberapa situs online yang sering saya kunjungi antara lain : http://www.landscapeindonesia.com, fotokita.net, fotografer.net, flickr.com, 1x.com, dsb.
selain itu saya juga sering membuka buka beberapa majalah fotografi baik luar maupun lokal untuk mencari inspirasi

3. peralatan yang mendukung
fotografi digital sekarang ini dibanjiri dengan tehnologi yang sangat banyak membantu kita dalam menghasilkan foto foto yang indah.
ada banyak peralatan yang tersedia terkadang membuat kita bingung dalam memilih (terutama kalau budget mepet seperti saya :D)
peralatan standart yang biasa dipake para landscaper untuk memotret di lapangan antara lain :
  • kamera
    tergantung budget kita, ada banyak pilihan mulai dari yang entry level sampai yang kelas profesional.
    kamera poket keluaran terbaru pun banyak yang sudah mulai bisa diandalkan sebagai kamera alternatif untuk memotret landscape
    saya sendiri masih setia dengan kamera entry level canon 450D dan sekarang bertambah dengan kamera poket canon S95 yang menemani setiap perjalanan saya
  • lensa
    pilihan lensa yang beragam di satu sisi membuat kita mempunyai kebebasan memilih yang terbaik
    tapi dengan budget yang minim kita harus pintar pintar mencari yang terbaik yang sesuai budget yang kita punya :D
    mulai dari lensa fix bukaan lebar yang mempunyai kualitas prima tapi dengan banderol harga yang membuat dompet langsung terasa tipis :p
    lensa zoom yang lebih murah dengan banyak pilihan mulai dari yang zoom pendek hingga ultra zoom

    lensa yang biasa dipergunakan untuk memotret landscape adalah lensa wide (maupun ultra wide) karena bisa untuk mengambil keindahan pemandangan alam yang luas dalam satu bidikan
    lensa kits bawaan kamera pun sebenarnya kalau dimaksimalkan penggunaaannya akan juga bisa mendapatkan hasil yang tidak kalah dengan lensa lain yang lebih mahal
    saya sendiri di dalam tas selalu membawa 2 lensa, canon 10-22 mm dan canon 70-200 mm
  • tripod
    salah satu peralatan "berat" yang terkadang malas kita bawa kalau melakukan perjalanan jauh :D
    padahal fungsinya untuk memotret landscape cukup banyak, terutama untuk pemotretan malam, sore maupun pagi dini hari.
    selain untuk memastikan hasil foto kita bebas goyang dombret juga untuk menghasilkan gambar gambar "tidak biasa" dengan balutan slow speed nya
  • filter
    media kecil ini juga cukup berperan untuk menghasilkan foto foto "bagus"
    pilihan filter mulai dari filter CPL untuk lebih "membirukan" langit, mengatur saturasi warna dan juga pantulan pada permukaan air / cermin
    filter GND untuk mengatasi perbedaan exposure antara bagian atas dengan bawah
    filter ND untuk mengatur kepekatan cahaya yang masuk ke lensa biasanya dipergunakan untuk memotret dengan kecepatan lebih rendah

    beberapa filter yang setia berada di dalam tas kamera saya antara lain
    filter CPL, filter GND, filter ND dan filter UV
  • Assesoris pendukung
    beberapa peralatan pendukung yang tidak ada salahnya untuk kita bawa selama berburu keindahan alam antara lain
    cable release : untuk menghindari goyangan waktu menekan shutter maupun untuk pemotretan bulb
    flash : terutama untuk yang menggemari fotografi landscape di waktu malam
selain itu peralatan pendukung dalam proses post processing juga sangat berperan :
  • CPU yang powerful
    komputer yang mempunyai prosesor quad core dan kapasitas memory yang besar akan sangat membantu dalam proses editing file file yang besar
  • LCD layar lebar
    lcd yang bertehnologi IPS sangat cocok untuk digunakan dalam proses editing dibanding yang menggunakan tehnologi TFT.
    selain itu semakin lebar layar nya semakin mempermudah kita untuk mengedit gambar dalam resolusi yang besar.

    dulu waktu saya masih sering melakukan proses editing dengan menggunakan laptop beberapa kali saya menemukan warna yang tidak konsisten bahkan cenderung over saturasi :p
  • Software pengolah gambar
    ada banyak software pengolah gambar yang tersedia saat ini
    mulai dari photoshop yang powerful tapi dibanderol dengan harga sekelas lensa gelang merahnya canon
    sampai ke software gratisan seperti picasa, gimp

4. format RAW
kalau memang berniat untuk melakukan post processing pada foto landscape kita,
disarankan untuk mengunakan format mentah RAW karena menyimpan data lebih banyak dan lebih detail dibanding bila menggunakan format JPG yang sudah bisa dibilang file jadi.
selain itu format RAW juga masih bisa "lebih diselamatkan" apabila sedikit over maupun under.

memang ada beberapa kelemahan dalam menggunakan file RAW :
  • ukuran yang besar, untuk kamera canon 450D saya memakan 14.1  mb per file.
  • proses yang lebih lambat dalam memotret. sangat terasa apabila kita memotret menggunakan mode burst (memotret continue) dimana delay busy setelah beberapa foto akan sangat mengganggu
  • butuh proses editing lanjutan untuk mendapatkan hasil terbaik dari file RAW tersebut yang ujungnya akan menambah waktu pemrosesan
5. workflow editing
kalau anda menggunakan file RAW seperti yang saya sebutkan di atas, maka butuh proses editing lebih lanjut.
saya sendiri lebih banyak menggunakan adobe camera raw (ACR) untuk membantu proses editing
karena fasilitasnya lebih mudah digunakan dibanding dengan canon DPP

walau memang hasil awal apabila menggunakan DPP sudah terlihat lebih bagus dibanding ACR
tapi kalau diproses hasil ACR juga tidak kalah dan terkadang bisa lebih bagus dibanding DPP

setelah dirasa cukup bagus di ACR setelah itu masuk ke photoshop biasanya untuk resize dan juga menambah sharpness

semoga sedikit tips di atas bisa membantu menghasilkan foto landscape yang lebih "bagus" sesuai dengan apa yang anda rasakan waktu menekan shutter di antara keindahan alam
have fun and enjoy your landscape !

(dikutip dari http://www.landscapeindonesia.com)
Diposting ulang oleh yupaetnika.blogspot.com

Teater Yupa Production : YupaEtnika

YUPAETNIKA        

YupaEtnika merupakan sebutan bagi kelompok musik yang berasal dari Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Yupa Universitas Mulawarman, Samarinda. Awalnya. YupaEtnika adalah sebutan bagi para penata pemusik di setiap pementasan yang di suguhkan oleh Teater Yupa  Namun seiring perkembangannya, YupaEtnika  mengembangkan kreatifitasnya dengan memproduksi beberapa lagu ciptaan sendiri di luar fungsinya sebagai pengiring pementasan teater. Lagu-lagu tersebut ada yang berasal dari lagu khusus pementasan yang di aransement ulang, musikalisasi puisi, bahkan beberapa lagu merupakan Original Sound Track dari beberapa event Festival teater yang diadakan oleh Teater Yupa.


      Meskipun dengan fasilitas yang sederhana, tidak mengurungkan niat  kawan-kawan YupaEtnika untuk berkarya. Al-hasil, di bawah naungan UKM Teater Yupa Universitas Mulawarman Samarinda, saat ini ada beberapa karya yang berhasil lahir dari tangan-tangan kreatif mereka. Di bawah ini adalah beberapa lagu garapan YupaEtnika. Bagi yang penasaran ingin mendengarkan lagu-lagunya, langsung saja download ya....

1. YupaEtnika-Kelabu
2. YupaEtnika-Senyum Yang Ku rindu
3. YupaEtnika-Mahakam Berdendang
4. YupaEtnika-Bocah Kecil
5. YupaEtnika-Bulan
6. YupaEtnika-OST.Stigma 2
7. YupaEtnika-OST.Apsetra
8. YupaEtnika-Cello & Guitar Instrument
9. Rumpun Ilalang-Nyanyian Sunyi


Semoga menginspirasi. Salam...
YupaEtnika.blogspot.com









Sabtu, 20 April 2013

MACAM-MACAM KESENIAN SUKU DAYAK

Kesenian Suku Dayak
Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari masyarakat primitif yang menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap lahir dari budaya setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri dan masuk semakin jauh ke pedalaman.


Macam-macam Kesenian Suku Dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas membentuk estetika yang tercermin dalam budaya dan keseniannya, meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.

Seni Tari
Banyaknya suku dan subsuku Dayak menimbulkan beragamnya seni tari tradisional. Secara garis besar, berdasarkan vocabuler tari, bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok.
Tarian dengan gerak enerjik, keras dan staccato, adalah ciri kelompok tari Kendayan, yang dimiliki oleh suku Dayak Bukit, Banyuke, Lara, Darit, Belangin, Bakati, dan lain-lain, di sekitar Pontianak, Landak, dan Bengkayang.Tarian dengan gerak tangan membuka, gerakan halus, adalah ciri vocabuler tari Ribunic atau Bidayuh, yang berkembang di kalangan suku Dayak Dayak Ribun, Pandu, Pompakang, Lintang, Pangkodatan, Jangkang, Kembayan, Simpakang, dan lain-lain, di sekitar Sanggau Kapuas.Tarian dengan gerak pinggul yang dominan adalah ciri tari kelompok Ibanic yang dimiliki suku Dayak Iban, Mualang, Ketungau, Kantuk, Sebaruk, dan sebagainya, di sekitar Sanggau, Malenggang, Sekadau, Sintang, Kapuas, dan Serawak.Sedikit lebih halus adalah ciri kelompok Banuaka, yang dimiliki oleh suku Dayak Taman, Tamambaloh, Kalis, dan sebagainya, di sekitar Kapuas Hulu.
Sebagian besar tari Dayak adalah tari ritual upacara sesuai dengan agama Kaharingan. Misalnya, tari Ajat Temuai Datai. Tarian ini populer di kalangan Dayak Mualang dan berfungsi sebagai upacara penyambutan terhadap pahlawan yang pulang mengayau.
Di masa lalu, mengayau berarti pergi membunuh musuh, namun sekarang mengalami pergeseran makna. Mengayau berarti ‘melindungi pertanian, mendapatkan tambahan daya jiwa, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan’.

Beberapa contoh tari yang lain, misalnya sebagai berikut.
1. Tari Gantar
Tarian ini menggambarkan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian di dalamnya menggambarkan benih pada dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya. Tarian ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Kancet Papatai/Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penarinya. Dalam tarian ini, penari mempergunakan pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tarian ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3. Tari Kancet Ledo/Tari Gong
Jika tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya tarian Kancet Ledo menggambarkan kelemah-lembutan seorang gadis bagaikan sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua belah tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Tarian ini biasanya ditarikan di atas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tarian Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh tanah/lantai. Tarian ini lebih menekankan pada gerakan burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5. Tari Serumpai
Ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq yang dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian ini diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
6. Tarian Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tarian ini sering disajikan pada acara-acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian dari suku Dayak Benuaq.

7. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon besar dan tinggi agar tidak menggangu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
8. Tarian Pecuk Kina
Trian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
9. Tarian Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
10. Tari Ngerangkau
Tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
11. Tarian Baraga’Bagantar
Awalnya Baraga’Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain.
Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.
Berikut adalah beberapa kesenian musik suku Dayak
1. Ngendau
Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan secara bersaut-sautan.
2. Kalalai-lalai
Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.
3. Natum
Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.
4. Natum Pangpangal
Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.
5. Dodoi
Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit.
6. Dondong
Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi.
7. Marung
Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah.
8. Ngandan
Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia yang ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa kasih sayang.
9. Mansana Bandar
Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama seorang tokoh yang sangat dipuja dizamannya. Bandar hidup di zaman lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya sekedar mitos. Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya. Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.
10. Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai pemujaan
kepada RanyingHatala.Dapat juga diadakan pada saat upacara
pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut
kedatangan tamu yang sangat dihormati.
11. Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.
12. Kandan
Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut baik oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan Murung, Kabupaten Barito Hulu.
13. Dedeo atau Ngaloak
Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja yangberbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak DusunTengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.
14. Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta
pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat
untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam
menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai
tersebut.


Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah
sebagai berikut :
1. Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari tembaga.
2. Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.
3. Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
4. Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah lima biji, terbuat dari tembaga.
5. Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan ukuran setengah sampai tiga per empat meter. Bentuki silinder yang tewrbuat dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa yang telah di keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang lagi diberi pasak.

Seni Drama
Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.

Seni Rupa
Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.
Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain. Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang layak dibanggakan.

Sistem Religi Suku Dayak
Berdasarkan religinya, penduduk propinsi Kalimantan Tengah (suku dayak) dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu Islam, agama pribumi, Kristen, dan Katolik. Menurut laporan Perwakilan Departemen Agama Propinsi Klimabtan Tengah, maka orang islam merupakan golongan terbesar. Jumlah besar dari orang islam itu sudah tentu disebabkan karena di Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini ada banyak orang pendatang. Di daerah hilir sungai-sungai besar banyak orang pribumi atau orang dayak yang juga telah menjadi orang Islam sejak lebih dari satu abad lamanya, tetapi sebelum zaman perang dunia ke II, mereka biasanya tidak mau dianggap orang dayak lagi karena sebutan itu berarti orang udik, dan di dalam zaman itu dianggap merendahkan.
Agama asli penduduk pribumi adalah agama Kaharingan. Sebutan itu dipergunakan sesudah perang dunia ke II, waktu diantara penduduk pribumi Kalimantan timbul suatu kesadaran akan kepribadian budaya mereka sendiri dan suatu keinginan kuat untuk menghidupkan kembali kebudayaan Dayak yang asli. Agama kristen mulai masuk mulai pertengahan abad yang lalu, dan aliran agama kristen yang pada masa sekarang ini paling besar jumlah penganutnya adalah aliran Gereja Kalimantan Evangelis. Agama katolik baru disebarkan di kalangan orang Dayak mulai pada zaman kemerdekaan.
Umat Kaharingan percaya bahwa alam sekitar hidupnya itu penuh dengan makhluk-makhluk halus dan ruh-ruh yang menempati tiang rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, dan air, pokoknya alam sekeliling tempat tinggal manusia. Ada dua golongan ruh-ruh, ada golongan ruh-ruh yang baik dan golongan ruh jahat. Disamping itu ada pula makhluk halus yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan orang Dayak, ialah ruh nenek moyang. Menurut kepercayaan suku Dayak, jiwa yang mati itu meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia sebagai ruh nenek moyang. Lama kelamaan ruh nenek moyang itu akan kembali kepada dewa tertinggi yang disebut “Ranying”, tetapi proses itu akan memakan waktu yang lama dan melalui berbagai macam rintangan dan ujian hingga akhirnya masuk ke dunia ruh yang bernama “Lewu Liau”dan menghadap Ranying.
Terwujudnya kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dan makhluk halus lainnya terwujud dalam upacara keagamaan. Ada suatu rangkaian upacara yang dilakukan prang pada peristiwa-peristiwa penting selama hidupnya, seperti upacara menyambut kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertamakalinya, upacara memotong rambut bayi, dan juga upacara mengubur dan pembakaran mayat. Jika orang Dayak mati, mayatnya akan di letakkan di sebuah peti kayu berbentuk perahu lesung dan kemudian di bakar secara besar-besaran yang disebut Tiwah”. Dan setelah proses pembakaran itu selesai, tulang belulang terutama tengkoraknya digali lagi dan kemudian pihak keluarga memindahkannya ke pemakaman yang tetap, sebuah bangunan yang berukiran indah, yang disebut “Sandung”.
Karena acara pemakaman itu dilakukan secara besar-besaran oleh sejumlah keluarga, maka acara itu dapat berlangsung seminggu sampai tiga minggu berturut-turut. Karena banyaknya pengunjung yang ingin menyaksikan upacara itu, maka dibutuhkan biaya yang sangat besar oleh karena itu terpaksa upacara itu hanya bisa dilakukan sekali dalam tujuh atau delapan tahun sekali. Upacara itu juga diisi dengan nyanyian-nyanyian yang amat panjang tanpa menggunakan teks dan juga menampilkan tarian suci yang menarik.
Orang dayak juga mengenal upacara-upacara keagamaan yang dilakukan oleh beberapa keluarga, yaitu upacara yang bersangkutan dengan pertanian di ladang, dengan maksud untuk menambah kesuburan tanah, menolak hama, dan hasil bumi yang berlimpah. Dalam upacara tersebut, yang dipimpin oleh seorang yang bernama “Balian”, sering tampak berbagai unsur ilmu gaib.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More